Freeport: Awal Penjajahan Kompeni Baru di Indonesia


Sekarang banyak pejabat Indonesia dgn kedok globalisasi / mencari “Investor Asing” menjual kekayaan alam dan ekonomi Indonesia kepada para Kompeni baru di AS dan Eropa.
Kekayaan alam dan ekonomi Indonesia dikuasai “Investor Asing”/Kompeni. Segelintir rakyat Indonesia beruntung jadi kuli kontrak/karyawan.
Sementara mayoritas rakyat Indonesia hidup dalam kemiskinan karena kekayaan alam sudah dikuasai asing begitu pula ekonominya.
Jangan pilih para pejabat yang selalu “mencari Investor Asing”.

Penjajahan Kompeni Dulu vs Sekarang


Kejadian thd suku primitif macam aborigin, maori, dsb kok seperti terhadi pada Indonesia ya?
Kita diakui sbg pemilik negara Indonesia. Namun negara2 AS dan Eropa yg menguasai tanah beserta isinya di ladang2 minyak, gas, emas, perak, dsb. Akibatnya AS dan Eropa makmur sementara Indonesia miskin dan melarat. Kekayaan 3 perusahaan minyak AS seperti Chevron, Exxon, Conco saja yg beroperasi di Indonesia penerimaannya bisa RP 6000 trilyun lebih/tahun (Fortune).
Di manakah orang2 yg mengaku sbg Mujahid Islam untuk melawan hal ini?
Apa sebagian justru bersekutu dgn mereka?

Baca lebih lanjut

USAID Buat Draft UU MIGAS 2000: Indonesia Dijajah AS?


Berikut adalah dokumen USAID (United States Agency for International Development, Lembaga Pemerintah AS) tentang “Penguatan Pengaturan Bidang Energi” di Indonesia yang menunjukkan campur tangan pemerintah AS mengenai sektor energi Indonesia.

Sekitar 90% migas Indonesia “dikelola” oleh perusahaan Multi National Companye (MNC) seperti Exxon Mobil, Chevron, Halliburtons, Unocal, yang mayoritas berasal dari AS. Dari “kerjasama tersebut” MNC dari AS mendapat keuntungan yang sangat besar melebihi dari kontrak bisnis yang wajar. Sebagai contoh jika ongkos pompa minyak (tidak termasuk pengilangan dan distribusi ke SPBU) yang wajar hanya sekitar US$ 4/barrel (Rp 231/liter), maka MNC mengeruk keuntungan hingga US$ 50/barrel atau lebih dari 12 kali lipat. Jika dikalikan dengan 365 juta barrel/tahun maka keuntungan lebih MNC tersebut adalah Rp 154,5 trilyun.

Baca lebih lanjut

Download Revisi File Presentasi “Tak Ada Subsidi BBM” dan Penjajahan Kompeni


Secara matematis memang dengan jumlah konsumsi minyak 1,2 juta bph (barrel/hari), produksi 1 juta bph, dan impor 0,2 juta bph dengan biaya produksi US$ 15/barrel, harga jual US$ 77/barrel dan harga minyak Internasional US$ 125/barrel Indonesia harusnya untung US$ 49,4 juta per hari atau Rp 165,8 Trilyun/tahun(1 barrel=159 liter dan 1 US$ = Rp 9.200). Anda juga bisa menghitung sendiri dengan spreadsheet/kalkulator anda.

Tapi pernyataan rugi pemerintah bisa jadi satu kebenaran/bukan kebohongan karena “Cost Recovery” tahun 2008 untuk produksi sekitar 1 juta bph besarnya menurut LMND Rp 74 trilyun ditambah bagi hasil 15%. Deputi Operasi Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (BP Migas) Dodi Hidayat mengungkapkan bahwa bagi hasil berikut cost recovery bisa mencapai 60:40.

Baca lebih lanjut